Thursday, April 06, 2006

patria es humanidad

Adalah suatu hal yang menyedihkan melihat masyarakat miskin di tengah negeri yang katanya tongkat dilempar pun bisa tumbuh menjadi pohon (baca : makmur). Kita melihat pengemis di mana-mana, anak-anak kecil di jalanan (subyek yang sangat ingin aku kaji dan teliti) harus kehilangan masa di mana seharusnya di tumbuh dan berkembang selayaknya anak, pengangguran, tindakan kriminalitas yang begitu tinggi, prevalensi penyakit yang meningkat, gizi buruk, benar-benar suatu hal yang sangat kompleks, se-kompleks benang kusut barangkali.




Kepedulian, barangkali itu yang kurang dari masyarakat negeri ini, semuanya sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, ?mau bantu gimana, orang ngurus diri sendiri aja susah? kilah kita tiap kali.




Membaca patria es humanidad, membuat kita tahu bahwa sedikit sekali orang yang peduli akan orang lain, tentang kemiskinan, tentang buruknya system kesehatan di suatu negeri nun jauh di afrika : Haiti, juga di peru. Barangkali juga di Indonesia. Di Indonesia sendiri memang cukup memprihatinkan, puskesmas sebagai garda pertama kesehatan di Indonesia, banyak yang tidak memiliki dokter, khususnya puskesmas di pedalaman. Sedikit sekali dokter yang punya jiwa pengabdian yang utuh tanpa terkotori dengan hal-hal lain. Hmm tak sepenuhnya salah sebenarnya, karena toh mereka juga manusia yang butuh uang untuk membiayai kehidupan mereka.


Begitupun yang dipesankan oleh dosen, kolonel laut Dr. Triseno, Sp.An agar orientasi menjadi seorang dokter yang utama adalah pengabdian, uang nomor dua. Pelajaran akan merebaknya busung lapar di daerah yang katanya lumbung beras, hendaknya selalu menjadi pengingat bagi kita. Bahwa di daerah yang makmur pun tak menjamin kalo system peringatan dini (aduh kaya apa aja) akan masalah kesehatan yang tak berjalan dengan baik dapat menimbulkan masalah. Dokter puskesmas yang kurang peduli dengan kondisi wilayah kerjanya, malas untuk turun, kurangnya kepekaan kader-kader kesehatan masyarakat, dll. Yang jelas system prevensi primer, sekunder, dan tersier haruslah ditingkatkan.




Namun itu semua tak akan terpenuhi, jika kita tak urun rembug, urun tenaga, urun harta untuk membantu pemerintah, bagaimanapun masalah kesehatan, kemiskinan, kebodohan yang terjadi sekarang ini adalah tanggung jawab kita bersama. Maka begitu indah jika kita tak melupakan tetangga kanan kiri kita yang sejatinya kelaparan, memperhatikan saudara-saudara kita yang tak beruntung, anak-anak yatim...bukankah agama kita islam juga telah memerintahkan demikian? Lalu mengapa kita begitu cinta dengan harta dunia, toh ketika mati harta itu tak akan berguna untuk kita (kecuali untuk membayar hutang yak hehehehe)




Seratus, dua ratus, seribu, mungkin tak akan bisa mengatasi masalah secara keseluruhan, tapi setidaknya kita peduli dengan saudara-saudara kita, kalo perlu kita menjadi seorang yang bisa menciptakan lapangan kerja untuk saudara-saudara kita.




Sikap rendah hati, peduli akan sesama, sangatlah perlu untuk dilestarikan dan dilaksanakan, khususnya saat sekarang, supaya negeri tak terus terpuruk...

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home